PENDEKATAN DAN JENIS-JENIS MANAJEMEN
PENDIDIKAN
DOSEN Pengampu: Dra.
Romlah, M.Pd.I
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Disusun oleh
Kelompok 3:
Nama: Npm:
1. Deby Permana 1511090022
2. Desni Khoiriyah 1511090027
3. Setia Ari Riyandi 1511090249
Kelas/Smester: Fisika
A/Genap
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
LAMPUNG
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Manajemen Pendidikan, yang mana dengan tugas ini kami sebagai
mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen
pengampu.
Makalah
yang berjudul tentang “Pendekatan dan Jenis-jenis Manajemen Pendidikan”.
Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan
makalah ini.
Dengan
harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penyusun mengucapakan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka
kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Bandar Lampung,
27 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
a. Latar Belakang .......................................................................................... 1
b. Rumusan masalah ...................................................................................... 1
c. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB 11 PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. PENDEKATAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN............................. 2
B. JENIS-JENIS
MANAJEMEN PENDIDIKAN.................................. 6
C. MACAM-MACAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM.......... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 26
A.
Kesimpulan .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit untuk
dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab
dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan
hasil guna semua potensi yang dimiliki. Manajemen selalu dibutuhkan dalam
setiap kerjasama dalam sekelompok orang.
Dalam
kehidupan sehari-hari manajemen sangat diperlukan, baik dalam kehidupan rumah
tangga, organisasi, pendidikan, dan lainnya. Dalam manajemen perlu
adanya proses perencanaan, pengelolaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan melibatkankan semua anggota lainnya agar tercapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. maka manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi,
karena tanpa manajemen, semua usaha dan kegiatan akan sia-sia dan dalam
mencapai tujuan akan lebih sulit diwujudkan.
Dalam
Menajemen diperlukan pula seorang pemimpin yang mampu mengayomi para
anggotanya, sehingga terjalin komunikasi yang baik dalam menajemen
tersebut. Jadi setiap manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya,
dan keterampilannya untuk mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan apakah Pendekatan Manajemen Pendidikan itu?
2.
Sebutkan dan jelaskan tentang Jenis-jenis Manajemen Pendidikan?
3.
Jelaskan bagaimana Penguraian Macam-macam
Manajemen Pedidikan Islam?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, agar pembaca dapat memahami
pendekatan manajemen pendidikan, jenis-jenis manajemen pendidikan, dan
macam-macam manajemen pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Manajemen Pendidikan
Pendekatan-pendekatan Ilmu Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional
atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”
-Pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.[1]
Manajemen sama tuanya dengan peradaban di Yunani kuno dan kerajaan
Romawi, ditemukan berlimpah-berlimpah bukti dari manajemen dalam arsip sejarah
pemerintahan, tentara dan pengadilan-pengadilan. Menjelang pertengahan pertama
abad ke 19, manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan peningkatan
alat-alat produksi. Perangsang-perangsang, penentuan biaya produksi dan ukuran
kerja mulai digunakan. Penggunaaan matematika dan statistic merupakan
pendekatan yang baru terhadap manajemen. Yang lebih akhir adalah masuknya
pendekatan-pendekatan lain, seperti pemusatan pada pengambilan keputusan dan
analisisa system-sistem, ke dalam arus utama pemikiran manajemen. Terdapat lima
macam pendekatan utama:
1. Proses
Pendekatan Operasional.
Manajemen dianalisa dari sudut pandangan apa yang diperbuat seorang
manajer untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer. Kegiatan-kegiatan
itu atau fungsi-fungsi dasar ke dalam mana para manajer terlibat, membentuk
suatu proses yang dinamakan proses manajemen. Pendekatan proses itu memusatkan
perhatiannya pada fungsi-fungsi dasar manajemen. Proses pendekatan itu banyak
digunakan, karena ia sangat menolong dalam mengembangkan pemikiran manajemen
dan membantu menentukan bentuk manajemen dalam ketentuan-ketentuan yang mudah
dipahami. Setiap kegiatan belajar oleh seorang manajer dapat digolongkan
sejajar dengan proses dasar ini. Jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
berikut dapat diperoleh: (a). apa tujuan dan sifat kegiatan itu? (b). apa yang
menjelaskan susunan dan operasi-operasi dari kegiatan itu? Penganut-penganut
pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu proses universal, terlepas
dari jenis atau tingkat organisasi; tetapi mereka juga mengakui bahwa
lingkungan-lingkungan internal maupun eksternal, dalam mana proses manajemen
itu digunakan, sangat berbeda-beda diantara orgaisasi-organisasi dan pada
berbagai tingkat.
2. Pendekatan
Perilaku Manusia.
Inti pendekatan ini adalah perilaku manusia. Hal itu member
manajemen metode-metode dan konsep ilmu-ilmu social yang bersangkutan,
khususnya sosiologi dan antropologi. Penekanan diberkan kepada
hubungan-hubungan atara perorangan serta dampaknya.
Pada manajemen, individu dipandang sebagai makhluk
sosio-psikologis. Seni manajemen diberi penakanan dan seluruh bidang hubungan
manusia dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Sebagian orang memandang
manajer itu sebagai pemimpin dan memerlakukan semua kegiatan-kegiatan orang
yang dipimpinnya sebagai keadaan-keadaan managerial. Perilaku manusia diberikan
dalam seluruh penelitian. Karena tidak dapat dipertanyakan bahwa pengelolaan
melibatkan perilaku manusia dan interaksi manusia, maka tidak diragukan bahwa
tujuan-tujuan nyata dari aliran ini sudah memadai, dan sumbangan-sumbangannya
member manfaat kepada penelitian manajemen.
3. Pendekatan
Sistem Sosial.
Para pendukung pendekatan ini memandang manajemen sebagai system
social, atau dengan perkataan lain, sebagai suatu system iterelasi budaya. Ia
berorientasi secara sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok social dan
hubungan-hubungan dengan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok
social dan hubungan-hubungan budayanya serta berusaha menyatukan
kelompok-kelompok ini kedalam suatu system social. Suatau organisasi dianggap
sebagai sebuah orgaisme social, takluk kepada segala pertentangan dan interaksi
para anggotanya. Pendekatan ini memperhitungkan kelahiran, manfaat dan fungsi
suatu “organisasi informal”, yang dianggap tumbuh menjadi sesuatu, terutama
sekali sebagai akibat kekuatan-kekuatan social. Ia juga memperhitungkan
pertimbangan-pertimbangan etika, pengaruh masyarakat, serikat-serikat sekerja,
dan pemeritah. Hasil bersih dari pendekatan system social adalah terbatasnya
kekuatan paham sosiologis ke dalam penelitian dan teori manajemen.
4. Pendekatan
Sistem-sistem
Konsep-konsep system-sistem umum merupakan bagian-bagian sentral
yang dikembangkan pendekatan ini. Suatu system dapat dipandang sebagai suatu
kumpulan atau himpunan dua komponen atau lebih, yang saling berada dalam pola
hubungan tertentu dan antara mana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak lain.
Dengan kata lain sebuah system adalah separangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling bereaksi. System-sistem bersifat fundamental bagi
kebayakan kegiatan. Apa yang dipikirkan sebagai suatu kegiatan, mungkin
sebenarnya adalah hasil dari banyak kegiatan kecil, dan aktivitas kecil-kecil
ini, sebaliknya adalah hasil dari aktivitas-aktivitas yang lebih kecil lagi.
5.
Pendekatan Kuatitatif.
Titik beratnya disini adalah penggunaan model-model matematika dan
proses, hubungan-hubungan dan data yang dapat diukur. Pendekatan ini sudah
menunjukkan keguanaan manajerialnya yang besar. Manajemen dipadang sebagai
sebuah kekuatan yang logis, yang kalau diungkapkan dan dihubungkan dalam
istilah-istilah kuantitatif dan diproses dengan suatu metodologi yang diterima,
menghasilkan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan manajerial, yang
didefinisikan secara hati-hati. Pedekatan ini memaksa untuk si pemakai
mendefiniskan dengan tepat segala tujuan persoalan dan hubungan dengan cara
yang dapat diukur. Seterusnya pengakuan adanya hambatan-hambatan yang pasti dan
penggunaan proses yang logis memberikan kepada sang manajer suatu acara atau
alat yang ampuh untuk meyelesaikan persoalan-persoalan manajemen tertentu yang
kompleks. Ia sangat bersangkutpaut dengan pengambilan keputusan, maka
pendekatan itu jadi paling efektif, kalau digunakan pada tanda-tanda pisik
seperti inventaris, jarak-jarak angkutan dan campuran-campuran hasil.[2] Untuk mempelajari manajemen pendidikan secara utuh perlu
memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai bahan dalam
mempelajari manajemen pendidikan, secara sederhana dikemukakan pendekatan manajemen pendidikan sebagai
berikut:
1.
Manajemen adalah kerjasama orang-orang
Untuk mencapai
tujuan sekolah yang telah dirumuskan yang membutuhkan berbagai keahilan dalam
berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah sekolah yang ingin
berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian seperti kepala
sekolah sebagai direktur, guru yang memiliki keahlian menejemen kelas yang
baik, tenaga bimbingan konseling, ketatusahaan yang memiliki ketramplan dalam
system manajemen informasi dan administrasi, perpustakaan membutuhkan
pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan kreatifitas
untuk menghidupkan suasana agar banyak dikunjungi siswa, laboran yang harus bia
mengelola penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan alat dengan
berdayaguna.
2.
Manajemen adalah suatu proses
Seperti
halnya sebuah pendidikan, manajemen adalah suatu proses, pendekatan ini
menekankan perilaku sebagaimana fungsi manajemen itu sendiri yaitu proses
planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan
budgeting.[3]
3.
Manajemen sebagai sebuah system
Sebagai
sebuag system maksudnya adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah
masukan menjadi keluaran. System disini yakni input-proses-ouput-outcome.
4.
Manajemen sebagai pengelolaan
Jika kita
melihat manajemen sebagai pengelolaan akan terlihat adanya pengaturan atau
pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam sekolah atau sumberdaya yang harus
ada untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumberdaya tersebut harus
harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin.
5.
Kepemimpinan
Dari
pendekatan kepemimpinan, manajemn dipengaruhi oleh pemimpin. Pimpinan bisa
kepala sekolah, guru, atau KTU dimana seorang pemimpin bisa mempengaruhi
orang-orang untuk mencapai tujuan. Disini seorang pemimpin harus mampu
berkmunikasi secara verbal dan nonverbal, mengambil keputusan dan pelaksana
keputusan.[4]
B. Jenis-jenis Manajemen Pendidikan
Manajemen dapat di terapkan di berbagai bentuk organisasi, termasuk
lembaga pendidikan. Pada hakikatnya, seluruh organisasi memiliki norma sendiri dalam menerapkan
menejemen sebagai system yang menjalankan roda organisasi. Oleh sebab itu jenis
jenis manajemen dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut made
pidarta, sebagai sebuah system lembaga pendidikan merupakan kajian ilmu
manajemen yang apabila dilihat dalam perspektif tujuannya, terdiri atas
beberapa sudut pandang berikut.
1.
Manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
Menejeman berdasarkan sasaran atau tujuan yang henda dicapai atau
managemen by objective memiliki cirri cirri sebagai berikut
a.
Seluruh aktivitas manajerial diarahkan pada tujuan yang tlah
ditetapkan
b.
Fasilitas yang disediakan bersesuai dengan tujuan organisasi.
c.
Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya meningkatkan
kualitas personal dengan melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga tujuan dapat
dicapai dengan lebih baik dan optimal
d.
Sarana yang dituju telah di sepakati oleh seluruh anggota
organisasi.
e.
Kerjasama diciptakan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan agar
tujuantercapai dengan sebaik mungkin
f.
Hasil yang dicapai dievaluasi dengan ukuran utama tujuan yang telah
di tentukan.
g.
Hasil evaluasi dijadikan sandaran perencanaan berikutnya.
h.
Mengutamakan kontinuitas kerja organisasi.
i.
Dilakukan penjabaran terhadap tujuan agar memudahkan pencapaiannya.
j.
Fungsi fungsi utama menejemen dianalisis secara rasional dan
kondisional guna terciptanya tujuan.
k.
Organisasi dikelola secara sinergis.
l.
Seluruh anggota meningkatkan proporsionalitas kerja.
m.
Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada jenis jenis tujuan dan lama
waktu yang dibutuhkan.
n.
Menejer bertindak sebagai pengarah dan Pembina seluruh pelaksanaan
organisasi.
Lembaga pendidikan menerapkan menejemen berdasarkan sasaran
senantiasa membuat perencanaan program organisasi sesuai dengan struktur unit
kerja yang ada. Bidang bidang yang menangani unsure unsure tertentu merumuskan
program kerja dengan skala prioritas yang akan di targetkan lebih awal diantara
program lainnya. Menejemen berdasarkan sasaran dalam mengelola orrganisasi
mementingkan kontinuitas kerja artinya pelaksanaan kegiatan selalu
berkelanjutan sesuai dengan target target yang telah di tetapkan menurut urutan
dan ukuranwaktu dan biaya. Manakala ditemukan penyimpangan kegiatan sehingga
sasaran tidak di peroleh dengan optimal, dilakukan dengan langkah langkah
sebagai berikut
a.
Memperbaiki teknik dan strategis pelaksanaan rencana ketika
penyimpangan ditemukan pada saat pelaksanaan berjan.
b.
Menganalisis seluruh hasil kerja dan membuat standardisasi hasil
kerja yang paling sederhana, tetapi sekaligus
merupakan ukuran hasil kerja yang tertinggi mennurut ukuran yang
memungkinkan untuk dilaksanakan oleh para anggota organisasi.
c.
Merencakan peningkatan kerja dengan memberikan pengarahan dan
pembinaan. Para anggota kualitasnya ditingkatkan mulai pendidikan dan pelatihan
sebab dengan cara tersebut, profesionalitasnya semakin meningkat dan akan
meningkat kualitas hasil yang dicapai.
d.
Mengondisikan strategi dan teknik pelaksanaan kerja, artinya tidak
memutuskan keterjalinan pelaksanaan tugas dan kewajiban diantara pengelola kegiatan. Sinergitas pekerjaan
dipertahankan demi tercipttanya tujuan.
e.
Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan, sehingga akan
ditemukan berbagai kelemahan yang dengan segera di perbaiki agar pelaksanaan
kegiatan tidak keluar dari tujuan yang ditetapka.
f.
Menerapkan bberbagai teknik dan metode untuk motivasi para pekerja.
g.
Memberikan gaji, bonus, dan imbalan kepada para pekerja yang
prestasi kerjanya sangat menguntungkan orgnisasi.
h.
Prioritas pelaksanaan kegiatan diukur menurut ukuran kemampuan
sumber daya dan sumber dana organisasi.
Dalam melaksanakannya menejemen berdasarkan sasaran, tetap menjaga
konsistensinya pada tujuan tujuan yang telah di tetapkan. Adapun tujuan yang
telah dimaksudkan berkisar pada tujuan tujuan berikut.
a.
Tujuan strategis yang berhubungan dengan target yang paling
diharapkan yang diperkirakan akan
mengembangkan lembaga lembaga dan memberikan keuntugan tertinggi di antara
seluruh tujuan yang ada.
b.
Tujuan organisasi yaitu yang berkaitan dengan kultur orgaisasi dan
norma norma yang berlaku dalam pengolahan orgaisasi, baik tujuan jangaka
panjang, menegah maupun ttujuan jangka pendek.
c.
Tujuan unit kerja yang spesifik, misalnya tujuan yang di targetkan
oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat, tujuan yang ditetapkan oleh
lembaga pennjamin mutu,tujuan yang dicapai oleh lembaga pengkajian hukum dan
pranata sosial, dan tujuan tujuan unit kerja lainnya yang sifatnya lebih
sederhana dan menyesuaikan dengan tugas
dan fungsi dari bagian bagian tertentu.
d.
Tujuan individu yang diharapkan oleh menejer dan annggota
organisasi .
e.
Rencana tindakan dirumuskan dengan memperhatikan kalender kegiatan
yang telah ditetapkan.
f.
Hasil hasil kegiatan dianalisis secara ilmiah dan berkesinambungan
g.
Evaluasi di laksanakan ketika pelaksanaan sedang berlangsung dan
setelah selesainya pelaksanaan kegiatan.
h.
Pengembangan kinerja dengan cara membentuk team work dan jaringan
kerja yang lebih spesifik agar pelaksanaan dan pencapaian tujuan lebih efektif
dan efisien.
Langkah –langkah yang dilaksanakan dalam menejemen berdasarkan
sasaran adalah sebagai berikut
a.
Menentukan strategi pelaksanaan kegiatan secara target.
b.
Menetukan sasaran dengan pertimbangan prioritas yang berbeda-beda.
c.
Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
d.
Menentukan rencana tindakan dalam bentuk kalender kegiatan yang
sistematis.
e.
Menentukan standar operasional kerja yang efektif dan efisien
didasarkan pada kemampuan dana organisasi.
f.
Menetukan standar evaluasi kerja personalia sesuai dengan tugas dan
kewajibannya.
g.
Melaksanakan pembahasan dan diskusi tentang program kerja dan
berbagai strategi pelaksanaan kegiatan.
h.
Menentukan penempatan para pegawai
secara hierarkis sesuai dengan kedudukan,tugas dan kewajibannya, serta
wewenangnya masing masing.
i.
Melakukan evaluasi terhadapseluruh strategi pelaksanaan kegiatan
dan kegiatan strategi pencapaian sasaran program.
j.
Melakukan review secara berkala guna meningkatkan relevansi antara
strategi dengan tujuan yang hendak dicapai.
k.
Melakukan revisi kegiatan secara berkesinambungan untuk seluruh
unit kerja.
l.
Merencanakan sasaran lanjutan berdasarkan hasil evaluasi yang yang
kemudian dibentuk program kerja berikutnya.
m.
Menentukan tahapan pelaksanaan lanjutan.
2.
Manajemen berdasarkan struktur
Manajemen dengan berdasarkan struktur berpijak pada pandangan bahwa
organisasi adalah struktur personalia. Oleh karena itu, pelaksanaan
menejerialnya akan disesuaikan dengan struktur yang ada. Dalam lembaga
pendidikan terdapat berbagai struktur yang ditempati ole seorang pejabat
berikut bawahan bawahannya. Tugas dan fungsi pejabat structural sudah di atur
secara organisatoris dan hierarkis. Misalnya, di fakultas terdapat beberapa
struktur yang memiliki tugas tugas tertentu, yaitu seorang dekan, tiga orang
pembantu dekan, para ketua jurusan, kepala subbagian umum, kasubab tata usaha,
kasubag akademik, bendahara, para staf fakultas. Secara hierarkis, setiap
kedudukan structural memiliki tingkatan tingkatan dari sisi pangkat dan jabatan
yang nantinya memengaruhi besar kecilnya wewenang dan tanggung jawab masing
masing jabatan structural.
Struktur adalah organisasi, maka melakukan strukturalisasi adalah
mengorganisasi personalia dalam kedudukan, wewenang, jabatan, pangkat, tanggung
jawab dan semua hal yang melekat sehubungan dengan keadaan seseorang yang duduk
pada struktur tertentu, sebagaimana adanya perbedaan insentif antara struktur
yang satu dengan struktur yang lainnya.
Dalam
manajemen, struktur melihat organisasi dalam bentuk yang berbeda-beda, tetapi
merupakan system yang komponen komponennya secara keseluruhan saling
berhubungan. Struktur- struktur dalam organisasi merupakan tim terorganisasi
yang membentuk kinerja yang terpadu, disetiap tim terdapat pemimpin yang
mempertanggung jawabkan keseluruhan struktur organisasi. Struktur organisasi
akan menentukan akan berjalan atau tidaknya fungsi fungsi manajemen. Oleh
karena itu, dalam penempatan struktur selalu berhubgan dengan keahlian,
pengalaman, pendidikan, dan karier yang telah dicapai oleh para anggota
organisasi.
Manajemen dengan pendekatan structural menurut david evans,
memiliki cirri cirri sebagai berikut.
a.
Tugas individu yang jelas.
b.
Jabatan yang jelas.
c.
Wewenang dan tanggung jawab
yang jelas.
d.
Deskripsi tugas dan kegiatan yang jelas, setiap tugas di
jelaskan sesuai dengan spesifikasinya
yang menjelaskan secara rinci bagi petugas masing masing.
e.
Hubungan antarunit kerja dan hubungan antartugas yang jelas.
3.
Manajemen berdasarkan teknik
Manajeman berdasarkan teknik adalah pengelolaan organisasi dengan
acuan yang bersifat teknik operasional. Teknik-teknik yang harus diterapkan
sebelumnya telah dikuasai dan seluruh fasilitas untuk menerapkan teknik pun
disediakan. Dalam manajemen teknik kinerja organisasi. Kemudian, menetukan
langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Membahas seluruh rencana kegiatan.
b.
Menempatkan dan menugaskan personal yang akan melaksanakan rencana
kegiatan.
c.
Mempersiapkan sarana dan prasarana serta alat-alat yang membantu
pelaksanaan kegiatan.
d.
Melatih personal untuk meningktakan keterampilan teknisnya.
e.
Mengembangkan kerja sama di seluruh pelaksana teknis kegiatan.
4.
Manajemen berdasarkan personal organisasi
Manajemen berdasarkan personal organisasi adalah pengelolaan
organisasi dengan mempertimbangkan sepenuhnya sumber daya manusia yang dimiliki
oleh organisasi. Manajemen personalia
secara garis besar berhubungan dengan hal hal berikut.
a.
Membangun hubugan horizontal dengan seluruh personil organisasi.
b.
Merencakan tenaga kerja.
c.
Membangun komunikasi dan memotivasi kerja seluruh personal
organisasi.
d.
Memerhatikan kesejahteraan dan kesehatan personal meskipun bukan
bagian langsung dari wewenang personalia.
e.
Mencipkan iklim kepegawaian yang dinamis dan kepemimpinan yang
ideal.
f.
Mengurus pangkat dan peningkatan tunjangan, insentif, dan gaji
pegawai.
g.
Menilai prestasi kinerja personal organisasi.
h.
Mengumumkan seluruh berita yang berhubungan dengan kepegawaian
tepat waktu.
i.
Memberikan pengarahan, saran, dan petunjuk yang benar tentang tata
cara pengurusan jabatan dan pengkat pegawai.
j.
Menunjukkan sikap adil dalm melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang menyangkut masa depan para pegawai.
Bidang bidang pembinaan yang merupakan bagian dari manajemen
personalia yang berkaitan denagan hal hal berikut.
a.
Formasi.
b.
Pengadaan pegawai.
c.
Pengujian kesehatan.
d.
Penggajian.
e.
Kepangkatan.
f.
Pengangkatan dalam jawaban.
g.
Sumpah/janji.
h.
Penilaian pelaksanaan kegiatan.
i.
Daftar urut kepangkatan.
j.
Cuti pegawai.
k.
Perawatan, tunjangan cacat, dan uang duka.
l.
Pendidikan dan latihan.
m.
Disiplin pegawai.
n.
Pemberhentiaan pegawai.
o.
Pension.
5.
Manajemen berdasarkan informasi
Menurut William A. Shrode, informasi merupakan agen yang menopang
kehidupan organisasi. Oleh karena itu organisasi perlu mengembangkan manajemen
berdasarkan informasi guna pengembangan pengembangan usahanya.
Informasi yang diperoleh dijadikan bahan perbincangan dan rapat
rapat organisasi, misalnya informasi erkembangan pasar global, informasi
kompetisi dunia pendidikan, informasi berbagai bantuan dan beasiswa pendidikan,
informasi hasil-hasil penelitian, informasi yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan kebijakan pemerintah dan sebagainya. Melalui pengayaan informasi tersebut, pengelola organisasi
membuat perencanaan dan melaksakannya
sesuai dengan hasil analisis terhadap informasi yang dibutuhkan.[5]
Ada
juga jenis-jenis manajemen pendidikan dalam Sekolah, yaitu:
1. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan
pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan.
Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam kurikulum
terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama
lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan
pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah
akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari
aktivitas pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2. Manajemen Personalia
Dalam lembaga
pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah
memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab
pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran
sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen
personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
·
Dalam
mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling
berharga
·
Sumber daya
manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga
mendukung tercapainya tujuan institusi.
·
Kultur dan
suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada
pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
·
Manajemen
personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga
(guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders)
dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah.
(Hasbullah. 2006: 113).
3. Manajemen Peserta didik
Suryosubroto
member batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen
peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan
murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan
sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah
itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.[6]
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.[6]
4. Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
Secara
etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari
kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata
“to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare”
memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani,
membantu atau mengarahkan. [7]Secara
terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara
(alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi
dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai
“prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi
dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan
untuk menghadapinya.
Hakikat
manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan
kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan
suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi
terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok,
antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen
sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana
dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri
Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
Manajemen
sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan
sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat
sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,
baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan
pendidikan.
6. Manjemen Keuangan
Manajemen
keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam manajemen pendidikan, masalah dana
merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian
manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung
maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7. Manajemen Hubungan Masyrakat
Yang ini
berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri
merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan
sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau
organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.[8]
C. Macam-macam Manajemen Pendidikan Islam
Membahas
tentang macam-macam manajemen pendidikan Islam, terdapat beberapa sudut pandang
yang dapat digunakan untuk mengupasnya, misalnya berdasarkan sumber, jenis
lembaga, struktur organisasi, dan fungsinya.
Berdasarkan Sumbernya:
1.
Manajemen
pendidikan Islam berdasarkan sumber,
Dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian. Pertama, berangkat dari manajemen Islam
itu sendiri, artinya menelisik di dalam tubuh Islam tentang berbagai manajemen
yang ada dan bersumber asli dari ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua, berangkat dari manajemen di
luar Islam. Maksudnya mengkaji berbagai teori manajemen yang lahir di luar
Islam, dalam hal ini adalah teori Barat, kemudian memasukkan ajaran Islam dalam
kajian manajemennya. Dengan kata lain memfilterisasi teori manajemen Barat agar
mengandung nilai-nilai keislaman.
·
Manajemen Pendidikan Islam dari Sumber Islam
Gambaran
manajemen telah diungkapkan dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah ayat 5 yang
berbunyi:
يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى
اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ
مِّمَّا تَعُدُّونَ
Artinya : Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu
hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As-Sajdah : 5)[9]
Dalam ayat itu
dijelaskan bahwa Allah Swt adalah pengatur (manage) segala urusan yang
di langit dan di bumi. Keteraturan siklus yang terjadi di alam semesta ini
berada dalam genggaman-Nya. Namun demikian, Allah memberikan keistimewaan
kepada manusia untuk ikut mengelola bumi, khalifah fil ardh, karena itu manusia juga
dibekali akal oleh Allah Swt supaya kreatif positif dalam mengelolanya.
Pengelolaan yang baik
akan mengantarkan suatu lembaga pendidikan Islam menuju visi utama, yaitu
berprestasi dan bahagia dunia dan akhirat.. Abudin Nata menyatakan bahwa
berbagai lembaga pendidikan Islam yang tergolong ideal dan maju pada umumnya
memiliki ciri-ciri berikut: Pertama, memiliki visi, misi dan
tujuan yang dibangun dan ajaran Islam yang tidak mengenal dikotomi ilmu. Islam
telah mengajarkan kepada pemeluknya bahwa manusia harus visioner, karena apapun
yang diperbuatnya akan mendapatkan hasil sesuati perbuatannya (QS. Az-Zalzalah
ayat 7 – 8).
Kedua,
memiliki kurikulum yang didasarkan pada pandangan tentang tidak adanya dikotomi
antara ilmu agama dan umum, dunia dan akhirat. Dalam Islam tidak
dijumpai perintah untuk mengabaikan salah satunya, antara dunia dan akhirat.
Ajaran Islam mengarahkan manusia pada pandangan bahwa keduanya patut diraih.
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa siapapun orangnya yang ingin memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat harus menggunakan ilmu. Di Al-Qur’an dijelaskan bahwa
akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali, namun tidak ditekankan untuk
mengabaikan urusan dunia.
Ketiga, didukung oleh proses belajar mengajar yang berbasis pada
pemberdayaan siswa. Rasulullah Saw memberikan konsep pengajaran kepada umat
Islam supaya mengajari siswa dalam menjawab tantangan masa depan, bukan di era
ia hidup sekarang.
Keempat, didukung oleh tenaga
pendidik dan kependidikan yang profesional, yaitu SDM yang selain memiliki
keilmuan yang luas dan mendalam, berlatar belakang pendidikan yang relevan juga
memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini sejalan dengan Sabda Nabi Muhammad Saw
yang intinya jika urusan tidak dipegang ahlinya maka dunia akan rusak.
Kelima, memiliki calon peserta
(input) yang unggul melalui seleksi dengan ketat. Poin kelima ini terkesan
mengesampingkan input yang tidak unggul. Namun demikian, penulis meyakini bahwa
Abuddin Nata tidak berniat seperti itu, orientasi utamanya adalah membesarkan
lembaga pendidikan Islam. Di era modern ini, telah banyak bermunculan jenis
lembaga pendidikan yang siap mengelola berbagai keunikan manusia, dari sini
terlihat bahwa setiap anak memiliki tempat yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Keenam, memiliki sarana dan prasarana yang sesuai standar nasional
pendidikan yang baik. Di lapangan sering dijumpai beberapa lembaga pendidikan
Islam yang belum memiliki sarpras standar, sehingga ini dijadikan alibi terkait
turunnya prestasi. Tetapi tidak jarang lembaga yang sarprasnya tidak standar
tetapi mampu melahirkan output yang melebihi sekolah bersarana standar. Yang
ingin penulis tegaskan adalah bahwa adanya sarpras adalah penting. Jika menilik
sejarah perkembangan dakwah Islam, Nabi Saw mendirikan sarana berupa masjid
dalam mendukung upaya dakwahnya.
Ketujuh, memiliki sistem pengelolaan
yang profesional dan andal. Meluasnya dakwah Islam dari era kenabian hingga
sekarang merupakan perwujudan dari salah satu komponen penting dakwah, yakni
sistem pengelolaan yang profesional dan andal.
Kedelapan, memiliki lingkungan
yang dapat mendukung terlaksananaya kegiatan belajar mengajar dan lainnya, yang
memadai. Pentingnya situasi yang kondusif juga telah digambarkan dalam
sejarah dakwah Islam. Saat Nabi Saw menilai awal dakwah di Makkah tidak
kondusif maka Allah Swt memerintahkan beliau untuk hijrah ke Madinah.[10]
·
Manajemen Pendidikan Islam dari Sumber di Luar Islam
Pola pelaksanaan
manajemen di banyak lembaga pendidikan Islam yang kini berkembang di masyarakat
sebetulnya tidak bisa lepas dari teori-teori manajemen yang digagas oleh pemikiran
Barat. Walaupun sejak munculnya Islam ilmu-ilmu tentang organisasi tentunya
sudah ada, namun penyusunannya secara ilmiah banyak dicetuskan oleh Barat.[11]
Di bagian sub bab ini,
macam-macam teori manajemen dari Barat akan diintegrasikan dengan pola pikir Islam.
Walaupun pada dasarnya keduanya jelas berbeda, orientasinya tidak sama, tetapi
terdapat sisi kesamaannya. Dalam Islam, landasannya adalah tauhid dan rahmatan lil ‘alamin (keakhiratan dan keduniaan)
sedangkan Barat hanya rahmatan lil ‘alamin (keduniaan). Dalam Islam terdapat unsur khalifah fil ardh dan penghambaan, sedangkan
Barat cenderunga hanyakhalifah fil ardh saja.
Sebetulnya, awal
kemunculan teori manajemen di Barat tidak difokuskan pada dunia pendidikan,
tetapi justru bidang ekonomi. Ditandai dengan adanya dua peristiwa penting
sebelum abad ke-20. Pertama, terjadi tahun 1776 ketika
Adam Smith menerbitkan doktrin ekonomi klasik dalam bukunya The Wealth of
Nation. Di situ dijelaskan bahwa keunggulan ekonomis akan diperoleh organisasi
melalui pembagian kerja yang spesifik dan berulang. Kedua, terjadinya revolusi industri
di Inggris. Di mana banyak tenaga manusia yang diganti tenaga mesin karena
dinilai lebih menguntungkan. Meredupnya rumah produksi dan menjamurnya pabrik.
Beberapa teori
manajemen yang lahir di Barat dapat digolongkan menjadi beberapa madzhab, di
antaranya adalah:
Ø Mazhab teori manajemen
klasik.
Tokoh utamanya adalah
Frederick Winslow Taylor, lahir 1856. Ia menyatakan bahwa manusia harus
diperlakukan seperti mesin demi efisiensi dan efektifitas organisasi. Tokoh
lainnya adalah Henry L. Gantt, The Gilbreths, Harigton Emerson, Edward A.
Filene.
Teori F.W. taylor
tersebut dikembangkan oleh Henry Fayol (1841-1925). Ia berpendapat bahwa
keberhasilan para manajer tidak ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi oleh
adanya peramalan yang ilmiah dan penggunaan metode manajemen yang tepat.
Ø Mazhab hubungan
manusia (human relation approach)
Mazhab ini mengkritik
mazhab sebelumnya, menurut aliran ini mazhab klasik kurang mampu mewujudkan
efisiensi dan keharmonisan di tempat kerja, manusia dalam organisasi tidak
selalu bisa diramal dengan mudah, perilakunya juga sering tidak rasional. Tokohnya adalah Hugo Munsterberg, Elton Mayo dan Willian Ouchi.
Ø Mazhab teori perilaku
(behavior approach)
Mazhab ini berpendapat
bahwa perilaku dapat dipahami melalui tiga model pen dekatan, yaitu model
pendekatan rasional, sosiologis dan hubungan manusia. Pada perkembangannya mazhab ini membentuk teori-teori, seperti
teori motivasi, kepemimpinan, konflik, komunikasi, kekuasaan, perubahan
organisasi, dan lain-lain.[14] Tokohnya adalah Abraham maslow, Douglas Mc
Gregor, Frederick Hezberg, dan lain-lain.
Ø Mazhab kuantitatif (quantitative
approach)
Perkembangan mazhab
ini ditandai dengan tim-tim peneliti operasi untuk memecahkan masalah industri.
Teori ini didukung para ahli matematika, fisika, dan sarjana eksakta lain. Teknologi komputer semakin memudahkan penggunaan metode inidalam
memecahkan masalah rumit yang dihadapi manajer.
Ø Mazhab sistem
Mazhab ini menganggap
bahwa sebuah oraganisasi adalah sebuah sistem. Organisasi dipandang sebagai
satu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (subsistem) dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Asusmsi dasar yang dibangun oleh mazhab ini
adalah satu kegiatan dalam sebuah organisasi sangat berpengaruh terhadap
kegiatan dari setiap bagian lainnya. Tokoh mazhab ini adalah Vilfredo Pareto
(1896-1917).[12]
Ø Mazhab kontigensi
Ajaran
pokok dalam mazhab ini adalah bahwa manajemen tergantung pada situasi yang
melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum
tentu efektif apabila digunakan di situasi lainnya.
Ø Mazhab neo-hubungan
manusia
Mazhab
ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan
ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif dan
kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat
dikembangkan lebih lanjut. Tokoh mazhab ini adalah W. Edward Deming.[13]
Selain
beberapa mazhab di atas, terdapat pula model-model manajemen pendidikan yang
dikemukakan oleh Sharma. Menurutnya model manajemen pendidikan ada enam yaitu
(1) formal, (2) kolegial, (3) politik, (4) subyektif, (5) mendua, dan (6)
kultural. Model formal lebih menekankan pada struktur organisasi, model
kolegial menekankan pada teori kekuasaan dan pengambilan keputusan dilakukan
dengan melibatkan seluruh organisasi (partisipatif), model politik penekanannya
pada area tawar-menawar dalam mengambil keputusan (negosiasi), model subyektif
adalah menekankan pada individu-individu daripada keseluruhan, model mendua
menekankan pada ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan, dan model kultural
penekanannya pada aspek informal organisasi (nilai-nilai keyakinan, norma,
tradisi menurut persepsi individu).
Beberapa
teori manajemen tersebut apabila dipraktikkan oleh lembaga pendidikan Islam
maka penulis sebut sebagai integrasi manajemen pendidikan Islam dengan pola
pemikiran manajemen Barat. Hal semacam ini adalah sah karena ilmu manajemen sebetulnya
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri tidak terikat agama manapun, sehingga
bisa dimanfaatkan bagi yang membutuhkan.
Ilmu
manajemen berdiri sendiri dan berkembang sesuai dengan pemegangnya. Namun, jika
di make up dengan nilai-nilai pendidikan keislaman bisa disebut sebagai
manajemen pendidikan Islam, jika di poles dengan nilai-nilai pendidikan agama
Kristen bisa disebut sebagai manajemen pendidikan Kristen, dan seterusnya.
Konsep
pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam harus didasari beberapa konsep
berikut: (1) kerangka tauhid/teologi, (2) dikembangkan sebagai upaya
meningkatkan takwa dan ibadah kepada Allah Swt, (3) harus dimulai dari suatu
pemahaman kritis atas epistemologi Islam klasik dan rumusan kontemporer tentang
ilmu, (4) harus dikembangkan oleh orang muslim yang seimbang kecerdasan akal
dan spiritualnya, (5) ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam kerangka
integral.
2. Berdasarkan
Jenis Lembaganya
Macam-macam
manajemen pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia apabila dilihat dari sudut
pandang lembaganya dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, di antaranya
manajemen pondok pesantren, manajemen madrasah, dan manajemen PAI di sekolah
umum. Hal itu diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulany, M.A. dalam
bukunya yang berjudul Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, bab dua.
a. Manajemen Pendidikan Islam Pondok Pesantren
Menurut
Yacub (1984), secara garis besar lembaga pesantren dapat digolongkan menjadi
dua tipologi, yaitu tipe pesantren salafi dan tipe pesantrenkhalafi.
Pesantren salafi yaitu
pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik Islam/ huruf Arab gundul. Sistem
sorogan sendi utama yang diterapkan. Pengetahuan non agama tidak diajarkan.
Sedangkan pesantren khalafi adalah sistem pesantren yang menerapkan sistem madrasah yang
diajarkan secara klasikal, memasukkan pengetahuan umum dan bahasa non Arab
dalam kurikulum, dan akhir-akhir ini diperkaya dengan berbagai keterampilan.
Terdapat
beberapa jenis pola manajemen pendidikan di pondok pesantren, di antaranya
adalah:
1) Pola I.
Ciri-cirinya adalah
masih terikat kuat dengan sistem pendidikan islam sebelum zaman pembaruan
pendidikan di Indonesia. (a) pengkajian kitab-kitab kalsik semata-mata (2)
memakai metode sorogan, wetonan dan hafalan (3) tidak memakai sistem klasikal,
tingkat pengetahuan diukur dari banyak kitab yang dipelajari kepada ulama mana
ia berguru (4) tujuan pendidikan adalah meninggikan moral, melatih dan
mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,
mengajarkan kejujuran serta menyiapkan hati yang bersih.
2) Pola II
Pada pola II tetap
menggunakan kitab-kitab klasik tetapi sudah ada yang klasikal dan non-klasikal
(sorogan dan wetonan yang terjadwal). Disamping itu diajarkan ekstrakulikuler
seperti keterampilan dan praktik keorganisasian. Sistem klasikal dibagi menjadi
jenjang dasar (ibtidaiyah) 6 tahun, jenjang menengah pertama (tsanawiyah) 3
tahun, dan jenang menengah atas (aliyah) 3 tahun.
3) Pola III
Cirinya telah
diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Ditanamkan sikap positif terhadap
kedua jenis ilmu tersebut kepada santri. Berbagai aspek pendidikan juga
ditanamkan, seperti kemasyarakatan, keterampilan, kesenian, kejasmanian,
kepramukaan, dan pengembangan masyarakat. Struktur kurikulumnya memodifikasikan
madrasah negeri dan pelajaran agama, dan ada pula memakai kurikulum yang dibuat
oleh pondok sendiri. Pelajaran ilmu-ilmu agama pada pola III juga tidak harus
bersumber dari kitab-kitab klasik.
4) Pola IV
Cirinya mengutamakan
pengajaran ilmu-ilmu keterampilan hidup (life skill) di samping ilmu-ilmu agama
sebagai mata pelajaran pokok. Dengan demikian kegiatan pendidikannya meliputi
kegiatan kelas, praktik di laboratorium, bengkel, kebun/lapangan.
5) Pola V
Cirinya mengasuh
beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal dan non formal,
lebih lengkap dari pola-pola sebelumnya. Di pesantren tersebut ditemukan
pendidikan madrasah, sekolah, perguruan tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik,
majlis taklim, dan pendidikan keterampilan.[14]
b. Manajemen Pendidikan Islam Madrasah
Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan manajemen pendidikan Islam madrasah menurut
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A. mengalami tiga fase.Fase pertama,
konsentrasi madrasah adalah pada pengembangan ilmu-ilmu agama dan tamatan
madrasah otomatis menjadi keluarga besar Departemen Agama, baik untuk
melanjutkan pelajaran maupun untuk lapangan kerja.
Fase
kedua, telah terjadi
perubahan orientasi yang awalnya agama berubah ke pengetahuan umum. Pada fase
ini ijazah madrasah memiliki nilai sama dengan sekolah umum, lulusan madrasah
bisa melanjutkan di sekolah umum dan siswa madrasah boleh pindah ke sekolah
umum yang setingkat. Pada fase ini, pengajaran pendidikan agama Islam
sekurang-kurangnya adalah 30% di samping mata pelajaran umum.
Fase
ketiga, madrasah disebut
sebagai sekolah yang berciri khas Islam. pengertiannya bahwa seluruh programnya
sama dengan sekolah ditambah dengan mata pelajaran agama Islam sebagai ciri
Islamnya. Madrasah Aliyah sebagai sekolah tingkat menengah juga disebut
sebagai sekolah menengah yang berciri khas Islam.[15]
c. Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Umum
Sekolah
umum memberikan porsi keagamaan yang cukup sedikit dibandingkan dengan
madrasah. Sehingga dibutuhkan manajemen pendidikan yang lebih efektif-efisien
untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini adalah agama Islam.[16]
Di
antara jenis pengelolaan pendidikan yang dinilai efektif adalah dengan
mengupayakan adanya bimbingan kehidupan beragama, uswatun hasanah (contoh
teladan), malam ibadah, pesantren kilat, laboratorium pendidikan agama, iklim
religius dan hubungan sekolah dan rumah tangga. Hal itu harus dilakukan dengan komitmen yang tinggi, kerja keras
secara kontinyu dan kerja sama yang baik antar personal dalam lembaga
pendidikan Islam tertentu.
3. Berdasarkan
Struktur Kelembagaannya
Setidaknya
terdapat tujuh kosen cabang dalam manajemen pendidikan apabila didasarkan pada
struktur kelembagaannya, yakni manajemen kurikulum, kesiswaan, sarana dan
prasarana, tenaga pendidik, hubungan masyarakat, keuangan, dan tenaga
kependidikan.
a) Kurikulum
Menurut
Olivia (1984), kurikulum adalah seperangkat pengalaman anak di bawah bimbingan
sekolah. Termasuk dalam konsep ini adalah semua pengalaman belajar di dalam
dan di luar sekolah. Di dalam sekolah seperti proses belajar mengajar
sehari-hari, sedangkan di luar sekolah misalnya study tour, out bound, dan
lain-lain.
Di
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Islam
Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini
menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat
mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil
pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
b) Kesiswaan
Kesiswaan
meliputi berbagai macam kegiatan terkait dengan siswa, mulai dari pendaftaran
siswa sampai mereka tamat mengikuti pendidikan di sekolah. Terkait dengan
penerimaan peserta didik baru membentuk panitia, menentukan syarat pendaftaran
calon peserta didik baru, penyediaan formulir, pengumuman pendaftaran calon,
menyediakan buku pendaftaran, waktu pendaftaran hingga pengumuman calon yang
diterima. Setelah diterima maka ditulis di buku induk, diberlakukan
peraturan-peraturan atau tata tertib kepada mereka, dan berbagai kegiatan lain
yang dilalui hingga mereka lulus.
c) Sarana dan Prasarana
Ditinjau
dari fungsi atau peranannya terhadap proses belajar mengajar maka sarana
pendidikan (sarana material) dibedakan menjadi tiga macam, yakni alat
pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Sedangkan prasarana adalah
bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Alat pelajaran adalah alat yang
digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, seperti buku dan alat
tulis. Alat peraga menurut Anwar Yassin M.Ed yang dikutip oleh Dra. Suharsimi
Arikunto (1975) adalah alat pembantu pendidikan dan pengjaran, dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian kepada anak
didik berturut-turut dari yang abstrak kepada yang konkret. Media pendidikan
menurut Umar Suwito (1978) adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan
efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pendidikan meliputi audio,
visual dan audio visual.
d) Tenaga Pendidikan
Dalam
proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam
membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian,
sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Dengan demikian
guru memegang peranan vital dalam mencapai tujuan pendidikan.
Disebutkan
dalam buku Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah karya Drs. B. Suryo Subroto bahwa untuk mencapai tujuan
pendidikan, guru harus terlibat dengan masalah-masalah administrasi. Walaupun pencatatan administrasi kadang justru membuat sibuk guru
dan dimungkinkan melalaikan tugasnya untuk mendidik siswanya, namun arti
penting keterlibatan guru dalam urusan administrasi adalah untuk mendokumenkan
segala rekaman pembelajarannya terkait dengan setiap siswanya. Melalui data
rekam yang lengkap tentu lebih memudahkan guru untuk mengarahkan siswanya,
terlebih jika terjadi pergantian wali kelas, maka wali kelas yang baru pasti
membutuhkan rekaman tentang calon siswanya.
Dalam
buku Pedoman Administrasi dan Supervisi yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1978) di halaman 4 tertulis tugas dan tanggung jawab
guru sebagai administrator sebagai berikut: (1) menguasasi program pengajaran
(garis-garis besar program), (2) menyusun program kegiatan mengajar, (3)
menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu, (4) melaksanakan tata
usaha kelas, antara lain pencatatan data murid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan,
pelaksanaannya adalah “managing”-Pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut
manager atau pengelola. Untuk mempelajari manajemen pendidikan secara utuh perlu
memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai bahan dalam mempelajari manajemen pendidikan,
secara sederhana dikemukakan
pendekatan manajemen pendidikan seperti manajemen adalah kerjasama orang-orang, manajemen adalah suatu proses, manajemen sebagai sebuah system, manajemen sebagai pengelolaan, dan kepemimpinan.
Perencanaan pengajaran dalam rangka mempersiapkan alternatif-alternatif
pemecahan masalah
guna memenuhi kebutuhan pendidikan secara realistis harus berpedoman kepada
tujuantujuan yang telah
ditetapkan secara jelas dan terinci. Berbagai tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan pula pola pendekatan perencanaannya.
Ini berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan
lembaga lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampung seluruh kelompok umur yang ingin memperoleh pendidikan.
Jika jumlah tempat yang
tersedia masih lebih kecil dari pada jumlah tempat yang
seharusnya ada, maka dikatakan
bahwa permintaan masyarakat melebihi penyediaan. Perbedaanperbedaan dalam tujuan itu menyebabkan timbulnya bermacam-macam pendekatan dalam perencanaan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto.
1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hikmat.
2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Ihsan
Fuad. 2013. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
J.
Pangkyim. 1982. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Gladia Indonesia.
Mochtar
Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Nanang
Fattah. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta
Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Qomar
Mujamil. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga.
Rohiat.
2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT
Refika Aditama.
Soebagio
Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadlzya
Jaya.
Suryosubroto,
B. 2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Terry.G.R,
L.W.Rue. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tim
Dosen Administrasi Pendidikan. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
syukran membantu
ReplyDeleteTerima kasih, penjelasan tentang manajemen sekolahnya sangat lengkap dan sangat membantu.
ReplyDelete