Wednesday, February 6, 2019

MAKALAH PENDEKATAN DAN JENIS-JENIS MANAJEMEN PENDIDIKAN

Description: Logo_IAIN_Raden_Intan_Bandar_Lampung.jpgPENDEKATAN DAN JENIS-JENIS MANAJEMEN PENDIDIKAN

                DOSEN Pengampu:              Dra. Romlah, M.Pd.I
                Mata Kuliah           :               Manajemen Pendidikan

               Disusun oleh Kelompok 3:
                                        Nama:                                     Npm:
               1.    Deby Permana                 1511090022
               2.   Desni Khoiriyah               1511090027
               3.      Setia Ari Riyandi            1511090249
              Kelas/Smester:                       Fisika A/Genap
                             

           
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
LAMPUNG
2017

KATA PENGANTAR

 Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Manajemen Pendidikan, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pengampu.
Makalah yang berjudul tentang “Pendekatan dan Jenis-jenis Manajemen Pendidikan”. Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.




Bandar Lampung, 27 Maret 2017



Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
a.       Latar Belakang .......................................................................................... 1
b.      Rumusan masalah ...................................................................................... 1
c.       Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB 11 PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A.    PENDEKATAN MANAJEMEN PENDIDIKAN............................. 2
B.     JENIS-JENIS MANAJEMEN PENDIDIKAN.................................. 6
C.     MACAM-MACAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM.......... 16
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 26
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki. Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok orang.
Dalam kehidupan sehari-hari manajemen sangat diperlukan, baik dalam kehidupan rumah tangga, organisasi, pendidikan, dan lainnya. Dalam  manajemen perlu adanya proses perencanaan, pengelolaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan melibatkankan semua anggota lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. maka manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha dan kegiatan akan sia-sia dan dalam mencapai tujuan akan lebih sulit diwujudkan.
Dalam Menajemen diperlukan pula seorang pemimpin yang mampu mengayomi para anggotanya, sehingga terjalin komunikasi yang baik dalam menajemen tersebut. Jadi setiap manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan keterampilannya untuk mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan apakah Pendekatan Manajemen Pendidikan itu?
2.      Sebutkan dan jelaskan tentang Jenis-jenis Manajemen Pendidikan?
3.      Jelaskan bagaimana Penguraian Macam-macam Manajemen Pedidikan Islam?

C.     Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu, agar pembaca dapat memahami pendekatan manajemen pendidikan, jenis-jenis manajemen pendidikan, dan macam-macam manajemen pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendekatan Manajemen Pendidikan
Pendekatan-pendekatan Ilmu Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” -Pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.[1]
Manajemen sama tuanya dengan peradaban di Yunani kuno dan kerajaan Romawi, ditemukan berlimpah-berlimpah bukti dari manajemen dalam arsip sejarah pemerintahan, tentara dan pengadilan-pengadilan. Menjelang pertengahan pertama abad ke 19, manajemen sudah membuat kemajuan setara dengan peningkatan alat-alat produksi. Perangsang-perangsang, penentuan biaya produksi dan ukuran kerja mulai digunakan. Penggunaaan matematika dan statistic merupakan pendekatan yang baru terhadap manajemen. Yang lebih akhir adalah masuknya pendekatan-pendekatan lain, seperti pemusatan pada pengambilan keputusan dan analisisa system-sistem, ke dalam arus utama pemikiran manajemen. Terdapat lima macam pendekatan utama:
1.      Proses Pendekatan Operasional.
Manajemen dianalisa dari sudut pandangan apa yang diperbuat seorang manajer untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang manajer. Kegiatan-kegiatan itu atau fungsi-fungsi dasar ke dalam mana para manajer terlibat, membentuk suatu proses yang dinamakan proses manajemen. Pendekatan proses itu memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi dasar manajemen. Proses pendekatan itu banyak digunakan, karena ia sangat menolong dalam mengembangkan pemikiran manajemen dan membantu menentukan bentuk manajemen dalam ketentuan-ketentuan yang mudah dipahami. Setiap kegiatan belajar oleh seorang manajer dapat digolongkan sejajar dengan proses dasar ini. Jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut dapat diperoleh: (a). apa tujuan dan sifat kegiatan itu? (b). apa yang menjelaskan susunan dan operasi-operasi dari kegiatan itu? Penganut-penganut pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu proses universal, terlepas dari jenis atau tingkat organisasi; tetapi mereka juga mengakui bahwa lingkungan-lingkungan internal maupun eksternal, dalam mana proses manajemen itu digunakan, sangat berbeda-beda diantara orgaisasi-organisasi dan pada berbagai tingkat.
2.      Pendekatan Perilaku Manusia.
Inti pendekatan ini adalah perilaku manusia. Hal itu member manajemen metode-metode dan konsep ilmu-ilmu social yang bersangkutan, khususnya sosiologi dan antropologi. Penekanan diberkan kepada hubungan-hubungan atara perorangan serta dampaknya.
Pada manajemen, individu dipandang sebagai makhluk sosio-psikologis. Seni manajemen diberi penakanan dan seluruh bidang hubungan manusia dipandang dalam istilah-istilah manajemen. Sebagian orang memandang manajer itu sebagai pemimpin dan memerlakukan semua kegiatan-kegiatan orang yang dipimpinnya sebagai keadaan-keadaan managerial. Perilaku manusia diberikan dalam seluruh penelitian. Karena tidak dapat dipertanyakan bahwa pengelolaan melibatkan perilaku manusia dan interaksi manusia, maka tidak diragukan bahwa tujuan-tujuan nyata dari aliran ini sudah memadai, dan sumbangan-sumbangannya member manfaat kepada penelitian manajemen.
3.      Pendekatan Sistem Sosial.
Para pendukung pendekatan ini memandang manajemen sebagai system social, atau dengan perkataan lain, sebagai suatu system iterelasi budaya. Ia berorientasi secara sosiologis, berurusan dengan berbagai kelompok social dan hubungan-hubungan dengan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok social dan hubungan-hubungan budayanya serta berusaha menyatukan kelompok-kelompok ini kedalam suatu system social. Suatau organisasi dianggap sebagai sebuah orgaisme social, takluk kepada segala pertentangan dan interaksi para anggotanya. Pendekatan ini memperhitungkan kelahiran, manfaat dan fungsi suatu “organisasi informal”, yang dianggap tumbuh menjadi sesuatu, terutama sekali sebagai akibat kekuatan-kekuatan social. Ia juga memperhitungkan pertimbangan-pertimbangan etika, pengaruh masyarakat, serikat-serikat sekerja, dan pemeritah. Hasil bersih dari pendekatan system social adalah terbatasnya kekuatan paham sosiologis ke dalam penelitian dan teori manajemen.
4.      Pendekatan Sistem-sistem
Konsep-konsep system-sistem umum merupakan bagian-bagian sentral yang dikembangkan pendekatan ini. Suatu system dapat dipandang sebagai suatu kumpulan atau himpunan dua komponen atau lebih, yang saling berada dalam pola hubungan tertentu dan antara mana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak lain. Dengan kata lain sebuah system adalah separangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bereaksi. System-sistem bersifat fundamental bagi kebayakan kegiatan. Apa yang dipikirkan sebagai suatu kegiatan, mungkin sebenarnya adalah hasil dari banyak kegiatan kecil, dan aktivitas kecil-kecil ini, sebaliknya adalah hasil dari aktivitas-aktivitas yang lebih kecil lagi.
5.      Pendekatan Kuatitatif.
Titik beratnya disini adalah penggunaan model-model matematika dan proses, hubungan-hubungan dan data yang dapat diukur. Pendekatan ini sudah menunjukkan keguanaan manajerialnya yang besar. Manajemen dipadang sebagai sebuah kekuatan yang logis, yang kalau diungkapkan dan dihubungkan dalam istilah-istilah kuantitatif dan diproses dengan suatu metodologi yang diterima, menghasilkan jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan manajerial, yang didefinisikan secara hati-hati. Pedekatan ini memaksa untuk si pemakai mendefiniskan dengan tepat segala tujuan persoalan dan hubungan dengan cara yang dapat diukur. Seterusnya pengakuan adanya hambatan-hambatan yang pasti dan penggunaan proses yang logis memberikan kepada sang manajer suatu acara atau alat yang ampuh untuk meyelesaikan persoalan-persoalan manajemen tertentu yang kompleks. Ia sangat bersangkutpaut dengan pengambilan keputusan, maka pendekatan itu jadi paling efektif, kalau digunakan pada tanda-tanda pisik seperti inventaris, jarak-jarak angkutan dan campuran-campuran hasil.[2] Untuk mempelajari manajemen pendidikan secara utuh perlu memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai bahan dalam mempelajari manajemen pendidikan, secara sederhana dikemukakan pendekatan manajemen pendidikan sebagai berikut:
1.      Manajemen adalah kerjasama orang-orang
Untuk mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan yang membutuhkan berbagai keahilan dalam berbagai bidang pendidikan, secara internal sebuah sekolah yang ingin berkualitas membutuhkan orang-orang yang memiliki keahlian seperti kepala sekolah sebagai direktur, guru yang memiliki keahlian menejemen kelas yang baik, tenaga bimbingan konseling, ketatusahaan yang memiliki ketramplan dalam system manajemen informasi dan administrasi, perpustakaan membutuhkan pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara efektif dan kreatifitas untuk menghidupkan suasana agar banyak dikunjungi siswa, laboran yang harus bia mengelola penggunaan waktu, memelihara serta memanfaatkan alat dengan berdayaguna.
2.      Manajemen adalah suatu proses
Seperti halnya sebuah pendidikan, manajemen adalah suatu proses, pendekatan ini menekankan perilaku sebagaimana fungsi manajemen itu sendiri yaitu proses planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgeting.[3]
3.      Manajemen sebagai sebuah system
Sebagai sebuag system maksudnya adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.  System disini yakni input-proses-ouput-outcome.
4.      Manajemen sebagai pengelolaan
Jika kita melihat manajemen sebagai pengelolaan akan terlihat adanya pengaturan atau pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam sekolah atau sumberdaya yang harus ada untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sumberdaya tersebut harus harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin.
5.      Kepemimpinan
Dari pendekatan kepemimpinan, manajemn dipengaruhi oleh pemimpin. Pimpinan bisa kepala sekolah, guru, atau KTU dimana seorang pemimpin bisa mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan. Disini seorang pemimpin harus mampu berkmunikasi secara verbal dan nonverbal, mengambil keputusan dan pelaksana keputusan.[4]


B.     Jenis-jenis Manajemen Pendidikan
            Manajemen dapat di terapkan di berbagai bentuk organisasi, termasuk lembaga pendidikan. Pada hakikatnya, seluruh organisasi  memiliki norma sendiri dalam menerapkan menejemen sebagai system yang menjalankan roda organisasi. Oleh sebab itu jenis jenis manajemen dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut made pidarta, sebagai sebuah system lembaga pendidikan merupakan kajian ilmu manajemen yang apabila dilihat dalam perspektif tujuannya, terdiri atas beberapa sudut pandang berikut.
1.      Manajemen berdasarkan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
Menejeman berdasarkan sasaran atau tujuan yang henda dicapai atau managemen by objective memiliki cirri cirri sebagai berikut
a.       Seluruh aktivitas manajerial diarahkan pada tujuan yang tlah ditetapkan
b.      Fasilitas yang disediakan bersesuai dengan tujuan organisasi.
c.       Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya meningkatkan kualitas personal dengan melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga tujuan dapat dicapai dengan lebih baik dan optimal
d.      Sarana yang dituju telah di sepakati oleh seluruh anggota organisasi.
e.       Kerjasama diciptakan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan agar tujuantercapai dengan sebaik mungkin
f.       Hasil yang dicapai dievaluasi dengan ukuran utama tujuan yang telah di tentukan.
g.      Hasil evaluasi dijadikan sandaran perencanaan berikutnya.
h.      Mengutamakan kontinuitas kerja organisasi.
i.        Dilakukan penjabaran terhadap tujuan agar memudahkan pencapaiannya.
j.        Fungsi fungsi utama menejemen dianalisis secara rasional dan kondisional guna terciptanya tujuan.
k.      Organisasi dikelola secara sinergis.
l.        Seluruh anggota meningkatkan proporsionalitas kerja.
m.    Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada jenis jenis tujuan dan lama waktu yang dibutuhkan.
n.      Menejer bertindak sebagai pengarah dan Pembina seluruh pelaksanaan organisasi.

Lembaga pendidikan menerapkan menejemen berdasarkan sasaran senantiasa membuat perencanaan program organisasi sesuai dengan struktur unit kerja yang ada. Bidang bidang yang menangani unsure unsure tertentu merumuskan program kerja dengan skala prioritas yang akan di targetkan lebih awal diantara program lainnya. Menejemen berdasarkan sasaran dalam mengelola orrganisasi mementingkan kontinuitas kerja artinya pelaksanaan kegiatan selalu berkelanjutan sesuai dengan target target yang telah di tetapkan menurut urutan dan ukuranwaktu dan biaya. Manakala ditemukan penyimpangan kegiatan sehingga sasaran tidak di peroleh dengan optimal, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut
a.       Memperbaiki teknik dan strategis pelaksanaan rencana ketika penyimpangan ditemukan pada saat pelaksanaan berjan.
b.      Menganalisis seluruh hasil kerja dan membuat standardisasi hasil kerja yang paling sederhana, tetapi sekaligus  merupakan ukuran hasil kerja yang tertinggi mennurut ukuran yang memungkinkan untuk dilaksanakan oleh para anggota organisasi.
c.       Merencakan peningkatan kerja dengan memberikan pengarahan dan pembinaan. Para anggota kualitasnya ditingkatkan mulai pendidikan dan pelatihan sebab dengan cara tersebut, profesionalitasnya semakin meningkat dan akan meningkat kualitas hasil yang dicapai.
d.      Mengondisikan strategi dan teknik pelaksanaan kerja, artinya tidak memutuskan keterjalinan pelaksanaan tugas dan kewajiban diantara  pengelola kegiatan. Sinergitas pekerjaan dipertahankan demi tercipttanya tujuan.
e.       Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan, sehingga akan ditemukan berbagai kelemahan yang dengan segera di perbaiki agar pelaksanaan kegiatan tidak keluar dari tujuan yang ditetapka.
f.       Menerapkan bberbagai teknik dan metode untuk motivasi para pekerja.
g.      Memberikan gaji, bonus, dan imbalan kepada para pekerja yang prestasi kerjanya sangat menguntungkan orgnisasi.
h.      Prioritas pelaksanaan kegiatan diukur menurut ukuran kemampuan sumber daya dan sumber dana organisasi.
Dalam melaksanakannya menejemen berdasarkan sasaran, tetap menjaga konsistensinya pada tujuan tujuan yang telah di tetapkan. Adapun tujuan yang telah dimaksudkan berkisar pada tujuan tujuan berikut.
a.       Tujuan strategis yang berhubungan dengan target yang paling diharapkan  yang diperkirakan akan mengembangkan lembaga lembaga dan memberikan keuntugan tertinggi di antara seluruh tujuan yang ada.
b.      Tujuan organisasi yaitu yang berkaitan dengan kultur orgaisasi dan norma norma yang berlaku dalam pengolahan orgaisasi, baik tujuan jangaka panjang, menegah maupun ttujuan jangka pendek.
c.       Tujuan unit kerja yang spesifik, misalnya tujuan yang di targetkan oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat, tujuan yang ditetapkan oleh lembaga pennjamin mutu,tujuan yang dicapai oleh lembaga pengkajian hukum dan pranata sosial, dan tujuan tujuan unit kerja lainnya yang sifatnya lebih sederhana dan menyesuaikan dengan  tugas dan fungsi dari bagian bagian tertentu.
d.      Tujuan individu yang diharapkan oleh menejer dan annggota organisasi .
e.       Rencana tindakan dirumuskan dengan memperhatikan kalender kegiatan yang telah ditetapkan.
f.       Hasil hasil kegiatan dianalisis secara ilmiah dan berkesinambungan
g.      Evaluasi di laksanakan ketika pelaksanaan sedang berlangsung dan setelah selesainya pelaksanaan kegiatan.
h.      Pengembangan kinerja dengan cara membentuk team work dan jaringan kerja yang lebih spesifik agar pelaksanaan dan pencapaian tujuan lebih efektif dan efisien.
Langkah –langkah yang dilaksanakan dalam menejemen berdasarkan sasaran adalah sebagai  berikut
a.       Menentukan strategi pelaksanaan kegiatan secara target.
b.      Menetukan sasaran dengan pertimbangan prioritas yang berbeda-beda.
c.       Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
d.      Menentukan rencana tindakan dalam bentuk kalender kegiatan yang sistematis.
e.       Menentukan standar operasional kerja yang efektif dan efisien didasarkan pada kemampuan dana organisasi.
f.       Menetukan standar evaluasi kerja personalia sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
g.      Melaksanakan pembahasan dan diskusi tentang program kerja dan berbagai strategi pelaksanaan kegiatan.
h.      Menentukan penempatan para pegawai  secara hierarkis sesuai dengan kedudukan,tugas dan kewajibannya, serta wewenangnya masing masing.
i.        Melakukan evaluasi terhadapseluruh strategi pelaksanaan kegiatan dan kegiatan strategi pencapaian sasaran program.
j.        Melakukan review secara berkala guna meningkatkan relevansi antara strategi dengan tujuan yang hendak dicapai.
k.      Melakukan revisi kegiatan secara berkesinambungan untuk seluruh unit kerja.
l.        Merencanakan sasaran lanjutan berdasarkan hasil evaluasi yang yang kemudian dibentuk program kerja berikutnya.
m.    Menentukan tahapan pelaksanaan lanjutan.
2.      Manajemen berdasarkan struktur
Manajemen dengan berdasarkan struktur berpijak pada pandangan bahwa organisasi adalah struktur personalia. Oleh karena itu, pelaksanaan menejerialnya akan disesuaikan dengan struktur yang ada. Dalam lembaga pendidikan terdapat berbagai struktur yang ditempati ole seorang pejabat berikut bawahan bawahannya. Tugas dan fungsi pejabat structural sudah di atur secara organisatoris dan hierarkis. Misalnya, di fakultas terdapat beberapa struktur yang memiliki tugas tugas tertentu, yaitu seorang dekan, tiga orang pembantu dekan, para ketua jurusan, kepala subbagian umum, kasubab tata usaha, kasubag akademik, bendahara, para staf fakultas. Secara hierarkis, setiap kedudukan structural memiliki tingkatan tingkatan dari sisi pangkat dan jabatan yang nantinya memengaruhi besar kecilnya wewenang dan tanggung jawab masing masing jabatan structural.
Struktur adalah organisasi, maka melakukan strukturalisasi adalah mengorganisasi personalia dalam kedudukan, wewenang, jabatan, pangkat, tanggung jawab dan semua hal yang melekat sehubungan dengan keadaan seseorang yang duduk pada struktur tertentu, sebagaimana adanya perbedaan insentif antara struktur yang satu dengan struktur yang lainnya.
Dalam manajemen, struktur melihat organisasi dalam bentuk yang berbeda-beda, tetapi merupakan system yang komponen komponennya secara keseluruhan saling berhubungan. Struktur- struktur dalam organisasi merupakan tim terorganisasi yang membentuk kinerja yang terpadu, disetiap tim terdapat pemimpin yang mempertanggung jawabkan keseluruhan struktur organisasi. Struktur organisasi akan menentukan akan berjalan atau tidaknya fungsi fungsi manajemen. Oleh karena itu, dalam penempatan struktur selalu berhubgan dengan keahlian, pengalaman, pendidikan, dan karier yang telah dicapai oleh para anggota organisasi.
Manajemen dengan pendekatan structural menurut david evans, memiliki cirri cirri sebagai berikut.
a.       Tugas individu yang jelas.
b.      Jabatan yang jelas.
c.       Wewenang dan  tanggung jawab yang jelas.
d.      Deskripsi tugas dan kegiatan yang jelas, setiap tugas di jelaskan  sesuai dengan spesifikasinya yang menjelaskan secara rinci bagi petugas masing masing.
e.       Hubungan antarunit kerja dan hubungan antartugas yang jelas.

3.      Manajemen berdasarkan teknik
            Manajeman berdasarkan teknik adalah pengelolaan organisasi dengan acuan yang bersifat teknik operasional. Teknik-teknik yang harus diterapkan sebelumnya telah dikuasai dan seluruh fasilitas untuk menerapkan teknik pun disediakan. Dalam manajemen teknik kinerja organisasi. Kemudian, menetukan langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Membahas seluruh rencana kegiatan.
b.      Menempatkan dan menugaskan personal yang akan melaksanakan rencana kegiatan.
c.       Mempersiapkan sarana dan prasarana serta alat-alat yang membantu pelaksanaan kegiatan.
d.      Melatih personal untuk meningktakan keterampilan teknisnya.
e.       Mengembangkan kerja sama di seluruh pelaksana teknis kegiatan.

4.      Manajemen berdasarkan personal organisasi
            Manajemen berdasarkan personal organisasi adalah pengelolaan organisasi dengan mempertimbangkan sepenuhnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.  Manajemen personalia secara garis besar berhubungan dengan hal hal berikut.
a.       Membangun hubugan horizontal dengan seluruh personil organisasi.
b.      Merencakan tenaga kerja.
c.       Membangun komunikasi dan memotivasi kerja seluruh personal organisasi.
d.      Memerhatikan kesejahteraan dan kesehatan personal meskipun bukan bagian langsung dari wewenang personalia.
e.       Mencipkan iklim kepegawaian yang dinamis dan kepemimpinan yang ideal.
f.       Mengurus pangkat dan peningkatan tunjangan, insentif, dan gaji pegawai.
g.      Menilai prestasi kinerja personal organisasi.
h.      Mengumumkan seluruh berita yang berhubungan dengan kepegawaian tepat waktu.
i.        Memberikan pengarahan, saran, dan petunjuk yang benar tentang tata cara pengurusan jabatan dan pengkat pegawai.
j.        Menunjukkan sikap adil dalm melaksanakan tugas dan kewajibannya yang menyangkut masa depan para pegawai.
            Bidang bidang pembinaan yang merupakan bagian dari manajemen personalia yang berkaitan denagan hal hal berikut.
a.       Formasi.
b.      Pengadaan pegawai.
c.       Pengujian kesehatan.
d.      Penggajian.
e.       Kepangkatan.
f.       Pengangkatan dalam jawaban.
g.      Sumpah/janji.
h.      Penilaian pelaksanaan kegiatan.
i.        Daftar urut kepangkatan.
j.        Cuti pegawai.
k.      Perawatan, tunjangan cacat, dan uang duka.
l.        Pendidikan dan latihan.
m.    Disiplin pegawai.
n.      Pemberhentiaan pegawai.
o.      Pension.

5.      Manajemen berdasarkan informasi
            Menurut William A. Shrode, informasi merupakan agen yang menopang kehidupan organisasi. Oleh karena itu organisasi perlu mengembangkan manajemen berdasarkan informasi guna pengembangan pengembangan usahanya.
            Informasi yang diperoleh dijadikan bahan perbincangan dan rapat rapat organisasi, misalnya informasi erkembangan pasar global, informasi kompetisi dunia pendidikan, informasi berbagai bantuan dan beasiswa pendidikan, informasi hasil-hasil penelitian, informasi yang berkaitan dengan perubahan-perubahan kebijakan pemerintah dan sebagainya. Melalui pengayaan  informasi tersebut, pengelola organisasi membuat perencanaan dan melaksakannya  sesuai dengan hasil analisis terhadap informasi yang dibutuhkan.[5]
            Ada juga jenis-jenis manajemen pendidikan dalam Sekolah, yaitu:
1.      Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
            Kurikulum dan pembelajaran merupakan salah satu elemen yang terdapat dalam pendidikan. Keduanya saling mendukung satu sama lainnya. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
            Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
Sedangkan pembelajaran menjadi tiang dalam kurikulum. Pembelajaran yang diterapkan dalam lembaga pendidikan itu sangat berpengaruh bagi psikis siswa. Dalam teori ilmu pendidikan modern ataupun ilmu pendidikan Islam berbagai macam model pembelajaran pilihan yang harus diterapkan oleh pendidik. Seperti model pembelajaran kooperatif, kuantum, pembelajaran dengan membacakan kisah-kisah, tematik dan lain sebagainya. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni bagaimana membuat murid itu senang, nyaman dan menikmati pembelajaran yang disajikan. Dengan begitu dalam pembelajran semakin mudah dimengerti dengan materi yang diajarkan.
2.      Manajemen Personalia
            Dalam lembaga pendidikan, personalia (sumber daya manusia) terlebih kepala sekolah/madrah memiliki peran vital. Sebagai puncak pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan otonomi pendidikan di tingkat sekolah/madrasah, ia memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Beberapa prinsip dasar manajemen personalia, yang dijadikan pedoman kepala sekolah/madrasah adalah:
·         Dalam mengembangkan sekolah/madrasah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga
·         Sumber daya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusi.
·         Kultur dan suasana organisai/sekolah, serta perilaku manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pengembangan sekolah atau madrasah.
·         Manajemen personalia di sekolah/madrasah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf administrasi, peserta didik, serta orang tua, dan stakeholders) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/madrasah. (Hasbullah. 2006: 113).
3.      Manajemen Peserta didik
            Suryosubroto member batasan defenisi manajemen peserta didik, sebagai berikut: Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/madrasah, karena sudah tamat mengiktui pendidikan pada sekolah/madrasah itu. (Suryosubroto. 2004: 74).
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik. Mulai dari mereka masuk hingga lulus. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Manajemen peserta didik menempati posisi yang sangat penting, karena yang sentral di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah adalah peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, diarahkan agar peserta didik mendapat layanan pendidikan yang baik dan tercipta suasana belajar yang kondusif.[6]
4.      Manajemen Administrasi Sekolah/Madrasah
            Secara etimologis, kata “administrasi”, berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Kata “ad” mempunyai persamaan makna dengan kata “to” dalam bahasa Inggrisnya yang berarti ke atau kepada. Kata “ministrare” memiliki arti sama dengan “to serve” atau “to conduct” yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan. [7]Secara terminologis adalah suatu kegiatan atau proses, terutama mengenai cara-cara (alat-alat) sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi dalam perspektif manajemen, dipandang mempunyai peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk menghadapinya.
            Hakikat manajemen adalah rangkaian tindakan yang bermaksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasional dalam suatu sistem administrasi. Inti keberhasilan suatu manajemen adalah kerjasama dan komunikasi. Dalam manajemen administrasi terdapat yang Tata Usaha, adapun pekerjaan mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain; pembukuan, surat-menyurat dan sarana dan prasarana.
5.      Manajemen Sarana dan Prasarana
            Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efesien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien.
            Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) meciptakan sekolah/madrasah yang rapi, bersih, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik secara kualitatif maupun kualitatif dan relevan dengan kepentingan pendidikan.
6.      Manjemen Keuangan
            Manajemen keuangan atau pembiayaan merupakan serangkaian kegiatana perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam manajemen pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen pendidikan. Adapun biaya adalah keseluruhan dana baik secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari berbagai sumber.
7.      Manajemen Hubungan Masyrakat
            Yang ini berfungsi sebagai pencitraan sekolah atau lembaga pendidikan. Humas itu sendiri merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan kebijakan dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan dari masyarakat.[8]





C.     Macam-macam Manajemen Pendidikan Islam
            Membahas tentang macam-macam manajemen pendidikan Islam, terdapat beberapa sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengupasnya, misalnya berdasarkan sumber, jenis lembaga, struktur organisasi, dan fungsinya.
Berdasarkan Sumbernya:
1.      Manajemen pendidikan Islam berdasarkan sumber,
Dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, berangkat dari manajemen Islam itu sendiri, artinya menelisik di dalam tubuh Islam tentang berbagai manajemen yang ada dan bersumber asli dari ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua, berangkat dari manajemen di luar Islam. Maksudnya mengkaji berbagai teori manajemen yang lahir di luar Islam, dalam hal ini adalah teori Barat, kemudian memasukkan ajaran Islam dalam kajian manajemennya. Dengan kata lain memfilterisasi teori manajemen Barat agar mengandung nilai-nilai keislaman.
·         Manajemen Pendidikan Islam dari Sumber Islam
Gambaran manajemen telah diungkapkan dalam Al-Qur’an surat As-Sajadah ayat 5 yang berbunyi:
 يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ مِّمَّا تَعُدُّونَ

Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As-Sajdah : 5)[9]
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa Allah Swt adalah pengatur (manage) segala urusan yang di langit dan di bumi. Keteraturan siklus yang terjadi di alam semesta ini berada dalam genggaman-Nya. Namun demikian, Allah memberikan keistimewaan kepada manusia untuk ikut mengelola bumi, khalifah fil ardh, karena itu manusia juga dibekali akal oleh Allah Swt supaya kreatif positif dalam mengelolanya.
Pengelolaan yang baik akan mengantarkan suatu lembaga pendidikan Islam menuju visi utama, yaitu berprestasi dan bahagia dunia dan akhirat.. Abudin Nata menyatakan bahwa berbagai lembaga pendidikan Islam yang tergolong ideal dan maju pada umumnya memiliki ciri-ciri berikut: Pertama, memiliki visi, misi dan tujuan yang dibangun dan ajaran Islam yang tidak mengenal dikotomi ilmu. Islam telah mengajarkan kepada pemeluknya bahwa manusia harus visioner, karena apapun yang diperbuatnya akan mendapatkan hasil sesuati perbuatannya (QS. Az-Zalzalah ayat 7 – 8).
Kedua, memiliki kurikulum yang didasarkan pada pandangan tentang tidak adanya dikotomi antara ilmu agama dan umum, dunia dan akhirat. Dalam Islam tidak dijumpai perintah untuk mengabaikan salah satunya, antara dunia dan akhirat. Ajaran Islam mengarahkan manusia pada pandangan bahwa keduanya patut diraih. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa siapapun orangnya yang ingin memperoleh kebahagiaan dunia akhirat harus menggunakan ilmu. Di Al-Qur’an dijelaskan bahwa akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali, namun tidak ditekankan untuk mengabaikan urusan dunia.
Ketiga, didukung oleh proses belajar mengajar yang berbasis pada pemberdayaan siswa. Rasulullah Saw memberikan konsep pengajaran kepada umat Islam supaya mengajari siswa dalam menjawab tantangan masa depan, bukan di era ia hidup sekarang.
Keempat, didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional, yaitu SDM yang selain memiliki keilmuan yang luas dan mendalam, berlatar belakang pendidikan yang relevan juga memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini sejalan dengan Sabda Nabi Muhammad Saw yang intinya jika urusan tidak dipegang ahlinya maka dunia akan rusak.
Kelima, memiliki calon peserta (input) yang unggul melalui seleksi dengan ketat. Poin kelima ini terkesan mengesampingkan input yang tidak unggul. Namun demikian, penulis meyakini bahwa Abuddin Nata tidak berniat seperti itu, orientasi utamanya adalah membesarkan lembaga pendidikan Islam. Di era modern ini, telah banyak bermunculan jenis lembaga pendidikan yang siap mengelola berbagai keunikan manusia, dari sini terlihat bahwa setiap anak memiliki tempat yang sesuai dengan kebutuhannya. 
Keenam, memiliki sarana dan prasarana yang sesuai standar nasional pendidikan yang baik. Di lapangan sering dijumpai beberapa lembaga pendidikan Islam yang belum memiliki sarpras standar, sehingga ini dijadikan alibi terkait turunnya prestasi. Tetapi tidak jarang lembaga yang sarprasnya tidak standar tetapi mampu melahirkan output yang melebihi sekolah bersarana standar. Yang ingin penulis tegaskan adalah bahwa adanya sarpras adalah penting. Jika menilik sejarah perkembangan dakwah Islam, Nabi Saw mendirikan sarana berupa masjid dalam mendukung upaya dakwahnya.
Ketujuh, memiliki sistem pengelolaan yang profesional dan andal. Meluasnya dakwah Islam dari era kenabian hingga sekarang merupakan perwujudan dari salah satu komponen penting dakwah, yakni sistem pengelolaan yang profesional dan andal.
Kedelapan, memiliki lingkungan yang dapat mendukung terlaksananaya kegiatan belajar mengajar dan lainnya, yang memadai. Pentingnya situasi yang kondusif juga telah digambarkan dalam sejarah dakwah Islam. Saat Nabi Saw menilai awal dakwah di Makkah tidak kondusif maka Allah Swt memerintahkan beliau untuk hijrah ke Madinah.[10]
·         Manajemen Pendidikan Islam dari Sumber di Luar Islam
Pola pelaksanaan manajemen di banyak lembaga pendidikan Islam yang kini berkembang di masyarakat sebetulnya tidak bisa lepas dari teori-teori manajemen yang digagas oleh pemikiran Barat. Walaupun sejak munculnya Islam ilmu-ilmu tentang organisasi tentunya sudah ada, namun penyusunannya secara ilmiah banyak dicetuskan oleh Barat.[11]
Di bagian sub bab ini, macam-macam teori manajemen dari Barat akan diintegrasikan dengan pola pikir Islam. Walaupun pada dasarnya keduanya jelas berbeda, orientasinya tidak sama, tetapi terdapat sisi kesamaannya. Dalam Islam, landasannya adalah tauhid dan rahmatan lil ‘alamin (keakhiratan dan keduniaan) sedangkan Barat hanya rahmatan lil ‘alamin (keduniaan). Dalam Islam terdapat unsur khalifah fil ardh dan penghambaan, sedangkan Barat cenderunga hanyakhalifah fil ardh saja.
Sebetulnya, awal kemunculan teori manajemen di Barat tidak difokuskan pada dunia pendidikan, tetapi justru bidang ekonomi. Ditandai dengan adanya dua peristiwa penting sebelum abad ke-20. Pertama, terjadi tahun 1776 ketika Adam Smith menerbitkan doktrin ekonomi klasik dalam bukunya The Wealth of Nation. Di situ dijelaskan bahwa keunggulan ekonomis akan diperoleh organisasi melalui pembagian kerja yang spesifik dan berulang. Kedua, terjadinya revolusi industri di Inggris. Di mana banyak tenaga manusia yang diganti tenaga mesin karena dinilai lebih menguntungkan. Meredupnya rumah produksi dan menjamurnya pabrik.
Beberapa teori manajemen yang lahir di Barat dapat digolongkan menjadi beberapa madzhab, di antaranya adalah:
Ø  Mazhab teori manajemen klasik.
Tokoh utamanya adalah Frederick Winslow Taylor, lahir 1856. Ia menyatakan bahwa manusia harus diperlakukan seperti mesin demi efisiensi dan efektifitas organisasi. Tokoh lainnya adalah Henry L. Gantt, The Gilbreths, Harigton Emerson, Edward A. Filene.
Teori F.W. taylor tersebut dikembangkan oleh Henry Fayol (1841-1925). Ia berpendapat bahwa keberhasilan para manajer tidak ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi oleh adanya peramalan yang ilmiah dan penggunaan metode manajemen yang tepat.
Ø  Mazhab hubungan manusia (human relation approach)
Mazhab ini mengkritik mazhab sebelumnya, menurut aliran ini mazhab klasik kurang mampu mewujudkan efisiensi dan keharmonisan di tempat kerja, manusia dalam organisasi tidak selalu bisa diramal dengan mudah, perilakunya juga sering tidak rasional. Tokohnya adalah Hugo Munsterberg, Elton Mayo dan Willian Ouchi.
Ø  Mazhab teori perilaku (behavior approach)
Mazhab ini berpendapat bahwa perilaku dapat dipahami melalui tiga model pen dekatan, yaitu model pendekatan rasional, sosiologis dan hubungan manusia. Pada perkembangannya mazhab ini membentuk teori-teori, seperti teori motivasi, kepemimpinan, konflik, komunikasi, kekuasaan, perubahan organisasi, dan lain-lain.[14] Tokohnya adalah Abraham maslow, Douglas Mc Gregor, Frederick Hezberg, dan lain-lain.
Ø  Mazhab kuantitatif (quantitative approach)
Perkembangan mazhab ini ditandai dengan tim-tim peneliti operasi untuk memecahkan masalah industri. Teori ini didukung para ahli matematika, fisika, dan sarjana eksakta lain. Teknologi komputer semakin memudahkan penggunaan metode inidalam memecahkan masalah rumit yang dihadapi manajer.
Ø  Mazhab sistem
Mazhab ini menganggap bahwa sebuah oraganisasi adalah sebuah sistem. Organisasi dipandang sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (subsistem) dan berinteraksi dengan lingkungannya. Asusmsi dasar yang dibangun oleh mazhab ini adalah satu kegiatan dalam sebuah organisasi sangat berpengaruh  terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Tokoh mazhab ini adalah Vilfredo Pareto (1896-1917).[12]
Ø  Mazhab kontigensi
Ajaran pokok dalam mazhab ini adalah bahwa manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakanginya. Prinsip manajemen yang sukses pada situasi tertentu, belum tentu efektif apabila digunakan di situasi lainnya.
Ø  Mazhab neo-hubungan manusia
Mazhab ini berusaha mengintegrasikan sisi positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Tokoh mazhab ini adalah W. Edward Deming.[13]
Selain beberapa mazhab di atas, terdapat pula model-model manajemen pendidikan yang dikemukakan oleh Sharma. Menurutnya model manajemen pendidikan ada enam yaitu (1) formal, (2) kolegial, (3) politik, (4) subyektif, (5) mendua, dan (6) kultural. Model formal lebih menekankan pada struktur organisasi, model kolegial menekankan pada teori kekuasaan dan pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan seluruh organisasi (partisipatif), model politik penekanannya pada area tawar-menawar dalam mengambil keputusan (negosiasi), model subyektif adalah menekankan pada individu-individu daripada keseluruhan, model mendua menekankan pada ketidakpastian atau tidak dapat diramalkan, dan model kultural penekanannya pada aspek informal organisasi (nilai-nilai keyakinan, norma, tradisi menurut persepsi individu).
Beberapa teori manajemen tersebut apabila dipraktikkan oleh lembaga pendidikan Islam maka penulis sebut sebagai integrasi manajemen pendidikan Islam dengan pola pemikiran manajemen Barat. Hal semacam ini adalah sah karena ilmu manajemen sebetulnya suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri tidak terikat agama manapun, sehingga bisa dimanfaatkan bagi yang membutuhkan.
Ilmu manajemen berdiri sendiri dan berkembang sesuai dengan pemegangnya. Namun, jika di make up dengan nilai-nilai pendidikan keislaman bisa disebut sebagai manajemen pendidikan Islam, jika di poles dengan nilai-nilai pendidikan agama Kristen bisa disebut sebagai manajemen pendidikan Kristen, dan seterusnya.
Konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam harus didasari beberapa konsep berikut: (1) kerangka tauhid/teologi, (2) dikembangkan sebagai upaya meningkatkan takwa dan ibadah kepada Allah Swt, (3) harus dimulai dari suatu pemahaman kritis atas epistemologi Islam klasik dan rumusan kontemporer tentang ilmu, (4) harus dikembangkan oleh orang muslim yang seimbang kecerdasan akal dan spiritualnya, (5) ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam kerangka integral.
2.      Berdasarkan Jenis Lembaganya
Macam-macam manajemen pendidikan Islam yang berkembang di Indonesia apabila dilihat dari sudut pandang lembaganya dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, di antaranya manajemen pondok pesantren, manajemen madrasah, dan manajemen PAI di sekolah umum. Hal itu diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulany, M.A. dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, bab dua.
a.       Manajemen Pendidikan Islam Pondok Pesantren
Menurut Yacub (1984), secara garis besar lembaga pesantren dapat digolongkan menjadi dua tipologi, yaitu tipe pesantren salafi dan tipe pesantrenkhalafi. Pesantren salafi yaitu pesantren yang mengajarkan kitab-kitab klasik Islam/ huruf Arab gundul. Sistem sorogan sendi utama yang diterapkan. Pengetahuan non agama tidak diajarkan. Sedangkan pesantren khalafi adalah sistem pesantren yang menerapkan sistem madrasah yang diajarkan secara klasikal, memasukkan pengetahuan umum dan bahasa non Arab dalam kurikulum, dan akhir-akhir ini diperkaya dengan berbagai keterampilan.
Terdapat beberapa jenis pola manajemen pendidikan di pondok pesantren, di antaranya adalah:
1)      Pola I.
Ciri-cirinya adalah masih terikat kuat dengan sistem pendidikan islam sebelum zaman pembaruan pendidikan di Indonesia. (a) pengkajian kitab-kitab kalsik semata-mata (2) memakai metode sorogan, wetonan dan hafalan (3) tidak memakai sistem klasikal, tingkat pengetahuan diukur dari banyak kitab yang dipelajari kepada ulama mana ia berguru (4) tujuan pendidikan adalah meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan kejujuran serta menyiapkan hati yang bersih.
2)      Pola II
Pada pola II tetap menggunakan kitab-kitab klasik tetapi sudah ada yang klasikal dan non-klasikal (sorogan dan wetonan yang terjadwal). Disamping itu diajarkan ekstrakulikuler seperti keterampilan dan praktik keorganisasian. Sistem klasikal dibagi menjadi jenjang dasar (ibtidaiyah) 6 tahun, jenjang menengah pertama (tsanawiyah) 3 tahun, dan jenang menengah atas (aliyah) 3 tahun.
3)      Pola III
Cirinya telah diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Ditanamkan sikap positif terhadap kedua jenis ilmu tersebut kepada santri. Berbagai aspek pendidikan juga ditanamkan, seperti kemasyarakatan, keterampilan, kesenian, kejasmanian, kepramukaan, dan pengembangan masyarakat. Struktur kurikulumnya memodifikasikan madrasah negeri dan pelajaran agama, dan ada pula memakai kurikulum yang dibuat oleh pondok sendiri. Pelajaran ilmu-ilmu agama pada pola III juga tidak harus bersumber dari kitab-kitab klasik.
4)      Pola IV
Cirinya mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu keterampilan hidup (life skill) di samping ilmu-ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok. Dengan demikian kegiatan pendidikannya meliputi kegiatan kelas, praktik di laboratorium, bengkel, kebun/lapangan.
5)      Pola V
Cirinya mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal dan non  formal, lebih lengkap dari pola-pola sebelumnya. Di pesantren tersebut ditemukan pendidikan madrasah, sekolah, perguruan tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik, majlis taklim, dan pendidikan keterampilan.[14]
b.      Manajemen Pendidikan Islam Madrasah
Sejak Indonesia merdeka, perkembangan manajemen pendidikan Islam madrasah menurut Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, M.A. mengalami tiga fase.Fase pertama, konsentrasi madrasah adalah pada pengembangan ilmu-ilmu agama dan tamatan madrasah otomatis menjadi keluarga besar Departemen Agama, baik untuk melanjutkan pelajaran maupun untuk lapangan kerja.
Fase kedua, telah terjadi perubahan orientasi yang awalnya agama berubah ke pengetahuan umum. Pada fase ini ijazah madrasah memiliki nilai sama dengan sekolah umum, lulusan madrasah bisa melanjutkan di sekolah umum dan siswa madrasah boleh pindah ke sekolah umum yang setingkat. Pada fase ini, pengajaran pendidikan agama Islam sekurang-kurangnya adalah 30% di samping mata pelajaran umum.
Fase ketiga, madrasah disebut sebagai sekolah yang berciri khas Islam. pengertiannya bahwa seluruh programnya sama dengan sekolah ditambah dengan mata pelajaran agama Islam sebagai ciri Islamnya. Madrasah Aliyah sebagai sekolah tingkat menengah juga disebut sebagai sekolah menengah yang berciri khas Islam.[15]
c.       Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Umum
Sekolah umum memberikan porsi keagamaan yang cukup sedikit dibandingkan dengan madrasah. Sehingga dibutuhkan manajemen pendidikan yang lebih efektif-efisien untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini adalah agama Islam.[16]
Di antara jenis pengelolaan pendidikan yang dinilai efektif adalah dengan mengupayakan adanya bimbingan kehidupan beragama, uswatun  hasanah (contoh teladan), malam ibadah, pesantren kilat, laboratorium pendidikan agama, iklim religius dan hubungan sekolah dan rumah tangga. Hal itu harus dilakukan dengan komitmen yang tinggi, kerja keras secara kontinyu dan kerja sama yang baik antar personal dalam lembaga pendidikan Islam tertentu.
3.      Berdasarkan Struktur Kelembagaannya
Setidaknya terdapat tujuh kosen cabang dalam manajemen pendidikan apabila didasarkan pada struktur kelembagaannya, yakni manajemen kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, hubungan masyarakat, keuangan, dan tenaga kependidikan.
a)      Kurikulum
Menurut Olivia (1984), kurikulum adalah seperangkat pengalaman anak di bawah bimbingan sekolah. Termasuk dalam konsep ini adalah semua pengalaman belajar di dalam dan di luar sekolah. Di dalam sekolah seperti proses belajar mengajar sehari-hari, sedangkan di luar sekolah misalnya study tour, out bound, dan lain-lain.
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Islam Nasional dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dalam kurikulum terdapat prinsip kolektivitas tim, yang mana ini menuntut kerjasama satu sama lainnya. Selain itu, kurikulum pula tempat mengejewatahkan nilai, ide dan pembelajaran serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
b)      Kesiswaan
Kesiswaan meliputi berbagai macam kegiatan terkait dengan siswa, mulai dari pendaftaran siswa sampai mereka tamat mengikuti pendidikan di sekolah. Terkait dengan penerimaan peserta didik baru membentuk panitia, menentukan syarat pendaftaran calon peserta didik baru, penyediaan formulir, pengumuman pendaftaran calon, menyediakan buku pendaftaran, waktu pendaftaran hingga pengumuman calon yang diterima. Setelah diterima maka ditulis di buku induk, diberlakukan peraturan-peraturan atau tata tertib kepada mereka, dan berbagai kegiatan lain yang dilalui hingga mereka lulus.
c)      Sarana dan Prasarana
Ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap proses belajar mengajar maka sarana pendidikan (sarana material) dibedakan menjadi tiga macam, yakni alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Sedangkan prasarana adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, seperti buku dan alat tulis. Alat peraga menurut Anwar Yassin M.Ed yang dikutip oleh Dra. Suharsimi Arikunto (1975) adalah alat pembantu pendidikan dan pengjaran, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak kepada yang konkret. Media pendidikan menurut Umar Suwito (1978) adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pendidikan meliputi audio, visual dan audio visual.
d)     Tenaga Pendidikan
Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Dengan demikian guru memegang peranan vital dalam mencapai tujuan pendidikan.
Disebutkan dalam buku Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah karya Drs. B. Suryo Subroto bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan, guru harus terlibat dengan masalah-masalah administrasi. Walaupun pencatatan administrasi kadang justru membuat sibuk guru dan dimungkinkan melalaikan tugasnya untuk mendidik siswanya, namun arti penting keterlibatan guru dalam urusan administrasi adalah untuk mendokumenkan segala rekaman pembelajarannya terkait dengan setiap siswanya. Melalui data rekam yang lengkap tentu lebih memudahkan guru untuk mengarahkan siswanya, terlebih jika terjadi pergantian wali kelas, maka wali kelas yang baru pasti membutuhkan rekaman tentang calon siswanya.
Dalam buku Pedoman Administrasi dan Supervisi yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1978) di halaman 4 tertulis tugas dan tanggung jawab guru sebagai administrator sebagai berikut: (1) menguasasi program pengajaran (garis-garis besar program), (2) menyusun program kegiatan mengajar, (3) menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu, (4) melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”-Pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola. Untuk mempelajari manajemen pendidikan secara utuh perlu memahami berbagai pendekatan dalam manajemen itu sendiri. Sebagai bahan dalam mempelajari manajemen pendidikan, secara sederhana dikemukakan pendekatan manajemen pendidikan seperti manajemen adalah kerjasama orang-orang, manajemen adalah suatu proses, manajemen sebagai sebuah system, manajemen sebagai pengelolaan, dan kepemimpinan.
            Perencanaan pengajaran dalam rangka mempersiapkan alternatif­-alternatif pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan pendidikan secara realistis harus berpedoman kepada tujuan­tujuan yang telah ditetapkan secara jelas dan terinci. Berbagai tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan pula pola pendekatan perencanaannya.
            Ini berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan lembaga ­lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampung seluruh kelompok umur yang ingin memperoleh pendidikan. Jika jumlah tempat yang tersedia masih lebih kecil dari pada jumlah tempat yang seharusnya ada, maka dikatakan bahwa permintaan masyarakat melebihi penyediaan. Perbedaan­perbedaan dalam tujuan itu  menyebabkan  timbulnya  bermacam­-macam pendekatan dalam perencanaan pendidikan. 


DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Ihsan Fuad. 2013. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
J. Pangkyim. 1982. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Gladia Indonesia.
Mochtar Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta:          Bhratara Karya Aksara.
Nanang Fattah. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pidarta Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Qomar Mujamil. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT Refika Aditama.
Soebagio Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadlzya Jaya.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Terry.G.R, L.W.Rue. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.




[1] J. Pangkyim. 1982. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Gladia Indonesia.

[2] Pidarta Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

[3] Nanang Fattah. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[4] Soebagio Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadlzya Jaya.

[5] Hikmat. 2011. Manajemen Pedidikan.Bandung: Pustaka Setia.
[6] Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT Refika Aditama.

[7] Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

[8] Terry.G.R, L.W.Rue. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[9] Mochtar Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta:        Bhratara Karya Aksara.

[10] Qomar Mujamil. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga.

[11] Ihsan Fuad. 2013. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

[12] Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

[13] Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2013. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

[14] Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

[15] Mochtar Effendy. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta:       Bhratara Karya Aksara.

[16] Qomar Mujamil. 2005. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Erlangga.

2 comments: